Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 8

CRONOSAL -

Catatan: Beberapa klaim tidak saya bahas disini karena sudah dibahas di PART sebelumnya. Jika kamu baru singgah disini, disarankan membaca dari PART 1.


Klaim: Bumi bulat berasal dari propaganda yang dilakukan berulang-ulang


Klaim: Saintis (astronom) tidak tahu jarak bintang


Disini BossDarling menampilkan cuplikan video dari kanal Youtube BrainStuff - HowStuffWorks yang berjudul How do Astronomers Measure Distance. Kedua pembawa video tersebut menjelaskan bahwa ada 2 cara yang digunakan para astronom untuk mengukur jarak bintang. Cara pertama ialah dengan mengandalkan teknik Stellar Parallax, pada cuplikan ini BossDarling sudah memotong videonya sehingga seolah cara tersebut tidak terbukti dan hanya asumsi.

Padahal di video aslinya dijelaskan bahwa metode Parallax hanya berlaku untuk bintang yang berjarak maksimal 400 tahun cahaya dari Bumi, lebih dari itu maka harus menggunakan metode kedua. BossDarling mengklaim bahwa Stellar Parallax tidak bisa dibuktikan oleh Galileo Galilei. Itu memang benar sebab teleskop yang ia gunakan tidak memadai untuk pengamatan sehingga teori tersebut akhirnya dibuktikan oleh Friedrich Bessel pada abad 19. Hal ini sudah saya singgung di PART 3.

Perlu dicatat bahwa pengukuran jarak bintang tidak 100% akurat, namun tetap bisa diukur gambaran jarak kasarnya. Hal ini tidak serta-merta membuat pengukuran disebut sebagai science fiction seperti kata BossDarling.

Lalu bagaimana dengan metode kedua? Apakah cahaya bintang bisa jadi patokan untuk mengukur jaraknya?

Metode dengan memanfaatkan cahaya hanya untuk bintang yang berjarak 400 tahun cahaya lebih dan tidak menghasilkan presisi tinggi, hanya perkiraan saja. Dalam video FE 101, kalimat tersebut dipotong sehingga bisa dipakai untuk memojokkan saintis soal metodenya.

Pengukuran dengan cahaya bintang tidak bisa dilepaskan dengan warnanya. Dari cahayanya astronom bisa mendapatkan informasi spektrum warna. Dari spektrum warna barulah bisa ditentukan tingkat kecerahan bintang yang sebenarnya, lalu dibandingkan dengan tingkat kecerahan diterima di Bumi. Metode ini disebut sebagai Standard Candle.

FE: Maksudnya gimana? Jelasinya ribet amat!

Contohnya kamu berdiri di depan lampu dengan tingkat kecerahan misal 500 lumen. Kemudian mundur 1 langkah, cahaya yang kamu terima lebih redup. Mundur lagi 1 langkah, cahaya semakin redup, dan seterusnya. Cahaya yang redup menandakan jaraknya lebih jauh.

Ilustrasi sederhana tentang Standard Candle. NB, gambar ini CGI jadi jangan tanya kenapa ada lilin di luar angkasa -_-

Itulah sebabnya astronom khususnya astrofisikawan perlu untuk mengetahui spektrum warna bintang terlebih dahulu agar memperoleh cahaya asli bintang dan menentukan jaraknya. Jadi, ini tidak seperti melihat lampu di jalan lalu bisa langsung tahu berapa jaraknya. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum menemui hasil akhir.

Ingat, ini bukan science fiction!

Penjelasan sederhana dari Ted-Ed:




Klaim: Sains mengklaim matahari sebagai pusat alam semesta


Oke, soal ini BossDarling tidak mengatakan secara jelas. Tapi semua tahu kemana arah pembicaraannya, seorang Pythagorean mengusulkan Matahari sebagai pusat alam semesta karena unsur tanah kalah dibanding unsur api yang kemudian usul ini diadopsi oleh sains modern. Juga diberi bumbu bahwa hal ini bertentangan dengan agama.

Sebetulnya sains tidak mengadopsi usulan Pythagorean bahwa Matahari adalah pusat alam semesta. Nicolaus Copernicus pada abad ke 16 mengembangkan teori Matahari sebagai pusat tata surya, bukan alam semesta. Ini beda sekali. Nah, gagasan inilah yang mengilhami sains dan tak terhitung ilmuwan beserta pengamatan yang membuktikan teori Copernicus.

Lagipula alam semesta tidak mempunyai pusat karena terus mengembang ke berbagai arah. Malah bentuknya saja tidak bisa diketahui secara pasti. Hal ini terlampir dalam teori Big Bang.

FE: Ah, Copernicus itu saintis Elite Global! Yang benar itu Bumi pusat alam semesta, itu sesuai dalil agama. Matahari pusat alam semesta adalah kosmologi kaum pagan Yunani!

Oh benarkah?

Tahukah FE bahwa kosmologi Bumi sebagai pusat alam semesta diusulkan oleh bangsa Yunani yang kalian sebut sebagai pagan itu? Pertama kali diusulkan oleh Ptolemy yang hidup lebih dari 1000 tahun sebelum Copernicus.

Bukan cuma pusat alam semesta, Ptolemy juga mengatakan Bumi tidak tidak bergerak (stationary). Sama persis dengan kosmologi yang terus didengungkan Flat Earth bukan? 😁

Jadi Flat Earther menuduh sains bersumber dari pemikiran bangsa pagan Yunani kuno tetapi mereka juga menggunakan kosmologi dari sana 😁

Catatan: Copernicus sudah meruntuhkan kejayaan gagasan Ptolemy.


Klaim: Perhitungan jarak Bulan salah


BossDarling memasukkan video berjudul Measuring the Sun and Moon yang katanya tidak dipotong. Wow! Is that really true? Unfortunately, no!

BossDarling cuma menampilkan sepertiga konten video aslinya. Jika ingin menyebut tidak dipotong maka tampilkan video secara utuh, bukan di bagian tertentu saja. Sebab pemahaman yang setengah-setengah menimbulkan kesimpulan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Video asli memang berjudul Measuring the Sun and Moon, tetapi tidak cukup akurat dengan kontennya, ya ini suka-suka pemilik channel. Isinya menggambarkan bagaimana ilmuwan Yunani Kuno Aristarchus of Samos mengukur jarak Bulan dan Matahari.

Di deskripsi video sudah diberitahu terkait konten di dalamnya

Perlu digaris bawahi, video tersebut memaparkan perhitungan yang dibuat oleh Aristarchus, bukan ilmuwan modern. Kemudian pada scene selanjutnya diberikan kesimpulan bahwa sang ilmuwan Yunani Kuno tersebut salah dalam perhitungannya.

Aristarchus berkesimpulan Matahari sebesar 5 kali Bumi, dari asumsi ini ia sudah salah
Dari sini sudah jelas bahwa video tidak sedang menjelaskan cara yang dilakukan dengan instrumen modern, melainkan cara yang dilakukan oleh ilmuwan 2000 tahun lalu.

Maka tidak heran apabila BossDarling dengan PD-nya "mensalah-salahkan" perhitungan jarak Bulan dan Matahari. Dia berusaha menggiring opini bahwa video yang ia tunjukkan sedang menjelaskan perhitungan modern, padahal bukan, justru perhitungan tua yang tidak akurat hasilnya.

Sedangkan versi modern sudah menggunakan laser, sudut optik, wahana antariksa, hingga model komputer. Bahkan seorang pelajar asal Spanyol berhasil mengukur jarak Bulan lewat rekaman suara Neil Armstrong saat ia berkomunikasi dengan pusat kendali di Bumi.

Jika tak cukup puas, simak video aslinya secara lengkap (yang ini bener-bener gak dipotong 😁):



Klaim: Moon Landing hoax


Soal keabsahan pendaratan di Bulan sudah saya jelaskan di PART 6. Tapi kali ini ada footage yang cukup menarik perhatian saya. Tampak seorang astronot Apollo sedang menuruni tangga modul Lunar Lander kemudian sebuah lampu jatuh mengenainya.

Sekilas orang akan mengira: "wah iya nih, lagi syuting buat bikin video pendaratan di Bulan palsu".

Footage tersebut berasal dari video berjudul Apollo Mission Simulation Project. Kata kuncinya adalah simulation atau simulasi, yang dalam hal ini berarti persiapan terkait apa saja yang harus dilakukan sebelum benar-benar menjalankan misi.


FE: Kok simulasi seramai itu? Sampai semua kru dikerahkan, udah kayak bikin film aja

Sebelum seorang penari tampil di panggung, ia akan melakukan gladi resik untuk memastikan ia melakukan gerakan yang benar di hadapan penonton. Tentu gladi resik pun tidak sendirian, penari latar, pengatur sound system, penata cahaya, hingga panitia pementasan juga pasti ikut meramaikan.

Latihan penyelamatan kapsul angkasa benar-benar melibatkan banyak pihak

Sama halnya dengan misi Apollo, semua yang terlibat dalam misi pasti ikut dalam simulasi. Apalagi pemegang pusat kendali, mereka memegang peranan penting terhadap keselamatan astronot selagi menjalankan tugas.

Oh, ya lagipula mendarat atau tidak, sama sekali tidak mempengaruhi bentuk Bumi. Justru jika Bumi datar dan Bulan cuma berjarak 5000 kilometer, mudah sekali untuk menggapainya dibanding versi Bumi bulat yang mencapai ratusan ribu kilometer 😜


Klaim: Anda tak pernah merasa Bumi berputar


Rata-rata pesawat terbang dengan kecepatan 500-1000 kilometer per jam. Saya bertanya ke BossDarling, apakah Anda merasakan kecepatan yang sedemikian tinggi itu?

Sudah pasti tidak, penumpang pesawat tidak akan terpental ke belakang akibat laju pesawat. Bahkan pramugari bisa dengan santainya berjalan di kabin pesawat sambil menyodorkan minuman ke para penumpang.

Kenapa bisa begitu?

Karena Anda bergerak bersama pesawat. Pesawat bergerak 1000 km/jam, Anda juga bergerak 1000 km/jam. Hal ini sudah dijelaskan dalam Relativitas.

Kita tidak merasakan rotasi Bumi yang berotasi 1670 km/jam karena Bumi berputar secara konstan bersama dengan penghuninya. Sejak awal nenek moyang kita lahir, sampai punya anak cucu, semuanya ikut bergerak bersama rotasi Bumi dalam kecepatan yang tetap.

Selama pesawat terbang di kecepatan konstan, ketinggian tetap, dan tidak terganggu badai, maka kamu bisa melepas sabuk pengaman dan berjalan di lorong tanpa merasakan kecepatan pesawat itu

Kembali lagi ke ilustrasi pesawat tadi. Selama pesawat tidak terguncang dan terbang di kecepatan konstan, kalian tidak akan merasa bergerak, seolah semuanya diam. Tetapi coba perintahkan pilot pesawat untuk mengubah kecepatannya. Saat itulah kalian akan merasakan bahwa tubuh kalian sedang bergerak dan mengalami perubahan kecepatan.

Dalam kasus ini, kecuali tiba-tiba Bumi berhenti berotasi, seketika orang-orang beserta materi lainnya akan terlempar dengan kecepatan 1670 km per jam, hal ini adalah kajian Hukum Gerak Newton.

Entah itu kita berada di khatulistiwa atau di kutub, kita bergerak bersama tempat kita berpijak. Coba lihat GIF berikut ini yang tidak sengaja saya temukan di 9gag.


Mengapa orang tersebut tetap mendarat di atas kapal meski sesaat tidak menyentuhnya? Jika diasumsikan kapal melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam, maka saat pria bercelana merah jambu tersebut melompat, kecepatannya juga sama seperti kapal yakni 40 kilometer per jam sehingga ia tetap mendarat di tempat yang sama dan tidak ketinggalan kapal.

FE: Bumi juga mengorbit matahari dengan kecepatan 108.000 km/jam, kenapa kita tidak merasakannya?

Jawabannya sama seperti tadi; kita bergerak bersama Bumi. Mau Bumi-nya bergerak 1 juta km/jam pun kita tetap tidak merasakan apa-apa. BossDarling menempatkan seolah kalau Bumi bergerak cepat, kita sebagai manusia bakal merasakan sesuatu yang dahsyat, kita terpental ke jauh ke belakang, lalu rambut berkibar, badan bergetar hebat, kepala pusing karena Bumi berputar, dst.


Disini terlihat ada usaha penggiringan opini terkait definisi kecepatan (velocity) dan percepatan (acceleration). Jika Bumi diam lalu tiba-tiba bergerak 108.000 km/jam maka itu disebut percepatan, apabila hal demikian terjadi maka kita akan merasakan efek-efek yang didramatisir oleh BossDarling. Tapi faktanya Bumi punya kecepatan yang konstan dan tidak mengalami percepatan.

Saya melihat banyak FE gagal paham soal kecepatan dan percepatan. Bumi kita tidak pernah mengalami percepatan, yang ada kecepatan konstan.

FE: Kalau Bumi berevolusi 108.000 km/jam, kenapa ISS yang cuma 28.000 km/jam tidak ketinggalan?

Nah, pertanyaan super mainstream dari kalangan Bumi datar. Padahal tidak susah untuk memahaminya. Pernah dengar istilah kecepatan relatif? Kecepatan relatif adalah kecepatan suatu benda terhadap benda lainnya.

Wanita yang sedang berjalan di dalam gerbong ini memiliki dua kecepatan relatif yang berbeda

Contoh sederhananya, misal kamu berada di dalam gerbong kereta api yang melaju 60 km/jam. Kamu berjalan kaki menyusuri gerbong dengan kecepatan dengan kecepatan 5 km/jam.

Hasilnya:
Kecepatan kamu terhadap kereta api adalah 5 km/jam, sementara kecepatan kamu terhadap tanah adalah 60 km per jam.

Sampai disini saya rasa seharusnya sudah mengerti. Begitu juga dengan ISS dan Bumi. Kecepatan ISS yang dikatakan 28.000 km/jam itu adalah kecepatan relatif terhadap Bumi. Sedangkan kecepatannya terhadap Matahari sama seperti Bumi, yakni 108.000 km/jam karena ISS berada dalam pengaruh gravitasi Bumi dan ikut terbawa kemana pun Bumi mengembara. Hal ini juga berlaku bagi Bulan.

Sangat mudah dipahami bukan? 😀


Klaim: Bayangan Bulan tidak mungkin jatuhnya mengecil


Semakin jauh objek semakin besar bayangan di belakangnya. Apakah benar? Ya memang benar, tapi masalahnya adalah, BossDarling (sengaja) melupakan wilayah paling gelap dan wilayah yang lebih terang.

Coba kalian lakukan eksperimen di rumah, boleh pakai lilin atau lampu. Dekatkan lalu jauhkan suatu benda terhadap lilinnya. Kemudian lihat bayangannya, semakin dekat dengan tembok, bayangan semakin kecil dan menyamai objeknya, sementara jika dijauhkan pasti bayangan membesar.

Tapi, apakah kamu bisa melihat perbedaan karakteristik kedua bayangan tersebut?

Yap! Objek yang jauh bayangannya menjadi samar-samar di bagian pinggirnya sehingga tertinggal wilayah gelap yang lebih kecil.

Bayangan pesawat ini pinggirnya semakin buram dan cenderung lebih terang karena jaraknya jauh
Pesawat yang lebih dekat bayangannya akurat dengan dimensinya

Ini juga berlaku bagi bayangan Bulan yang sampai ke Bumi. Ada namanya Umbra yakni bayangan yang paling gelap, sedangkan Penumbra adalah wilayah yang lebih terang akibat paparan sumber cahaya, dalam hal ini Matahari.

Umbra dan Penumbra, ini sudah diajarkan di SD

FE: Lalu bagaimana dengan percobaan yang dilakukan University of Montana?

Saya tidak menemukan video aslinya, jadi tidak bisa menjelaskan secara detil maksud percobaan tersebut. Terlihat memang bayangan Bulan lebih besar saat sampai ke Bumi, namun ada jika diteliti ternyata jarak antar Matahari-Bulan-Bumi tidak sesuai skala.

Kemudian sumber cahaya Matahari digantikan dengan senter. Itu tidak akurat, sebab senter mengarahkan cahaya pada satu arah, sedangkan matahari ke segala arah. Itu bukan cara yang benar untuk membuat simulasi.

Ketika diberi reflektor cekung barulah sinar memiliki sifat identik seperti matahari, tidak menyinari pada satu titik saja tetapi menyebar. Saya cukup yakin sebetulnya dalam percobaan tersebut  mereka (University of Montana) menggunakan reflektor supaya relevan dengan realita, sebab cahaya Matahari bukan seperti senter atau lampu sorot.



BossDarling selalu bersabda:

"cari tahu dulu kesalahannya, kalau tidak rusak buat apa diganti?"

Intinya adalah supaya kita cari-cari kelemahan Bumi bulat, terserah mau pakai ilmu atau tidak, pokoknya harus dicari kesalahannya. Oke, anggaplah Bumi bulat itu punya kesalahan, lalu mau diganti pakai kosmologi FE? Justru lebih parah lagi kerusakannya! Dalam Bumi datar sangat banyak hal-hal yang jadi tidak masuk akal, tapi FE yang saya temui selalu berkilah "itu misteri alam, hanya Tuhan yang tahu".




Klaim: Bagaimana mungkin pola gerhana zigzag


Jadi BossDarling mengatakan pada peta Bumi bola, pola bayangan Bulan jadi zigzag. Lalu langsung memberi asumsi bahwa Bumi atau Matahari bergerak zigzag sehingga menjadi seperti demikian.

But hey, did you notice something?

Coba perhatikan gambar di atas. Apakah kalian berpikir itu bentuk Bumi bola? Salah! Itu bukan bentuk Bumi, tapi proyeksi peta yang bernama Mercator. Bayangan zigzag seperti itu karena ditempatkan dalam proyeksi peta, bukan bentuk Bumi.

Pola jalur yang benar ada di bentuk Bumi bulat

Bayangan Bulan tidak zigzag dalam bentuk Bumi bulat, tapi kalau diproyeksikan ke peta Mercator wajar saja jadi zigzag. Ini jalur gerhana Matahari pada 2016 lalu yang terjadi di Indonesia:

Titik hitam adalah spot dimana Bulan tampak menutupi Matahari secara total

Jadi yang mengatakan jalur gerhana zigzag, dia masih belum paham tentang perbedaan proyeksi peta dan bentuk Bumi. Ini sama saja mengkritik ilmu tapi tidak disertai ilmu, dan buruknya langsung ambil kesimpulan yang sama sekali tak berdasar.

FE: Jalur gerhana di peta Flat Earth bentuknya lingkaran tuh

Wah hebat, kalau bentuknya lingkaran berarti bisa dilihat dari seluruh dunia dong? Kenapa cuma di lapangan cuma wilayah tertentu saja yang bisa lihat?

Kesalahan utama Flat Earth adalah mengira peta yang selama ini mereka imani adalah bentuk dunia yang sesungguhnya. Padahal itu proyeksi peta, bukan bentuk Bumi. Tapi apa daya, sudah terlanjur diimani dengan buta. Silahkan tanya apa itu proyeksi Azimuthal Equidistant ke para ahli geografi di seluruh dunia, kamu tidak akan menemukan jawaban yang sama seperti klaim BossDarling.

Klaim: Geocentric coordinate artinya pengukuran dengan asumsi Bumi diam

Ketika ada kata "geocentric/geosentris" pasti FE akan mengacu pada kosmologi Bumi sebagai pusat alam semesta dan benda-benda langit beredar mengelilingi Bumi.

Jadi begini, kalian tahu gunanya internet buat apa?
Tujuan utamanya untuk berbagi informasi, supaya orang tidak mudah dibodoh-bodohi.

Geocentric coordinate BUKAN pengukuran berdasarkan Bumi diam, tetapi sistem koordinat berdasarkan Bumi bulat dimana sumbu X, Y, dan Z bertemu di pusat lingkaran Bumi. Lebih jelasnya lihat gambar berikut:


Sederhananya, sistem ini dipakai untuk mengetahui posisi benda langit berdasarkan lokasi pengamat. Selain geocentric coordinates, ada pula topocentric coordinates yakni pengukuran berdasarkan permukaan Bumi, dan ada juga helicentric coordinates yaitu matahari sebagai pusat pengukuran. Semua bisa dipakai tergantung skenario yang diperlukan. Dalam hal ini untuk gerhana memang paling cocok menggunakan geocentric coordinates. Hanya karena ada kata "geocentric" bukan berarti berbicara soal Bumi pusat alam semesta. 

Sekian dulu dari saya, berpikir lah sebelum terbawa opini yang besar dan menyesatkan..Haha..
Saya menerima masukan dari Anda

INDEKS

0 komentar

Gunakanlah form komentar dengan bijak, hanya 20% komentar yang disetujui. Jadi jangan buang waktu Anda.

Jika ingin bertanya, berikan informasi yang detil.

Mohon untuk tidak melakukan spamming